PHO – Perusak Hubungan Orang

Sebetulnya dah lama saya pengen nulis tentang PHO ini, soalnya sering banget udah gatal pengen comment waktu denger anak-anak muda nyebut-nyebut masalah PHO ini, apalagi dibawa-bawa di sosmed dengan menyebut salah satu “teman” atau “musuh” nya sebagai PHO.

Nah, kebetulan ada yang nanya nih, jadi sekalian deh nulis ( makasih yah buat yang bertanya) :
“Hi auntie, saya f16 dan ga percaya dengan konsep orang ketiga dan PHO. Menurut saya, orang ketiga ga pernah salah. Kalaupun ada orang ketiga dalam hubungan saya, tetap saya akan menyalahkan pasangan, (mungkin) diri saya sendiri juga. Menurut Auntie gmn? Terima kasih. Semoga harinya menyenangkan.”

PHO ( Perusak Hubungan Orang) , istilah ini baru nge-trend 1-2 tahun belakangan ini (kalo gak salah). Kalo jaman sebelumnya istilahnya lebih beken dengan sebutan WIL (Wanita Idaman Lain) atau PIL (Pria Idaman Lain). Menurut saya pribadi, istilah ini lebih cocok disebut jika memang terjadi skandal dalam suatu pernikahan. Dan julukan ini cocok diberikan kepada orang yang memang punya niat dan usaha merusak pernikahan orang lain, baik secara langsung atau tidak langsung.  Misalnya yah, yang baru-baru ini marak di kalangan selebriti, ada yang gak terima dirinya disebut PHO, lalu berusaha menjelaskan posisinya dan mencoba minta maaf kepada korban, mungkin dengan tujuan supaya gak usah di”judge” lagi oleh massa, tapi nasi udah jadi bubur, predikat itu gak bisa dihapus karena udah terbukti.

Anak muda jaman sekarang gampang sekali mencap seseorang PHO. Begitu pacarnya atau ttm nya tiba-tiba deket sama orang lain, langsung kata PHO keluar dari mulutnya (dan digemakan oleh teman-teman se-gank nya). Apalagi kalo akhirnya mereka putus, pasti PHO jadi kambing hitamnya. Padahal kalau menurut pendapat saya pribadi, waktu pacaran itu adalah waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Apa betul pacar kita itu orang memang tepat buat calon pasangan kita kelak? Masa pacaran juga merupakan masa untuk menguji, apa hati kita itu betul-betul memang cinta sama si dia, dan sebaliknya juga, apakah betul si dia itu benar-benar cinta sama kita?

NAH! Kalo di masa pacaran itu ternyata salah satu malah merasa lebih tertarik sama orang lain, bukankah berarti dia merasa orang lain itu lebih cocok dibanding pacarnya sekarang? Mungkin lebih nyambung waktu diajak curhat, mungkin kebersamaannya lebih menyenangkan, mungkin lebih nyaman waktu bersama. Jangan-jangan juga, dia merasa mulai jenuh sama pacarnya yang sekarang. Padahal kalau nanti sudah menikah, kan gak bisa bosan dijadikan alasan untuk selingkuh atau berpindah ke lain hati. Terus juga, kalau sudah menikah, sebetulnya disarankan untuk tidak ke  curhat lawan jenis selain pasangan kita, karena itu lah yang biasanya jadi titik awal perselingkuhan terjadi.

Jadi, sebetulnya kalau di masa pacaran, jika salah satu dari kita sudah merasa tidak cocok, memang sebaiknya dipertimbangkan untuk segera “putus”. Lebih baik putus waktu pacaran, dibanding cerai setelah menikah. Makanya kalau gak mau sering-sering diputusin atau memutuskan pacar, lebih baik kalo belum yakin betul kita bisa cocok dan betul-betul cinta, jangan buru-buru jadian deh.

Kembali lagi ke masalah PHO. Jadi, kalo terjadi sampai pacaran putus karena “PHO” ini, siapa yang salah? Menurut pendapat saya pribadi (lagi), gak ada pihak yang salah dan gak ada pihak yang benar. Dengan kata lain, gak ada yang namanya “korban” “tersangka” atau “terdakwa”. Putus itu disebabkan bukan cuma karena 1 faktor atau 1 pihak aja. Bisa faktor perasaan yang menghilang, faktor komunikasi, faktor tidakcocokan sifat, dll. Munculnya pihak ketiga itu sebetulnya hanya lah penguji dari hubungan yang sedang berjalan. Sebanyak apapun orang ketiga yang muncul, baik dengan niat sengaja atau gak sengaja untuk mengganggu hubungan, sebetulnya gak akan ada pengaruh kalau perasaan cinta, sayang, setia, komitmen itu kuat. Juga kalo kita merasa pasangan kita sekarang ini adalah the best, tak tergantikan oleh orang lain.

Sambil mau “nyelipin” pengalaman pribadi ya, tanpa bermaksud pamer sama sekali. Saya dulu pacaran cukup lama, 5.5 tahun, dan malah sempat LDR an selama 2 tahun. Di masa LDR itu sebetulnya paling banyak “gangguan” terjadi. Karena saya kerja di kota metropolitan dan hidup “sendirian”, dimana katanya cowok dan ceweknya lebih agresif, gak sedikit cowok-cowok yang berusaha deketin saya, baik yang single, udah punya pacar, atau yang udah beristri ( gak tau maksudnya apa, mungkin mau jadiin saya selir?). Pacar saya gak pernah melarang-larang saya untuk berteman dengan cowok lain, bahkan pergi atau diantar cowok lain. Sebaliknya saya juga gak melarang dia berteman dengan cewek lain. Gak tau kenapa, sepertinya kita saling percaya aja dan juga percaya diri, karena kita memulai hubungan pacaran kita juga gak gampang, butuh waktu lama untuk kita berdua memastikan perasaaan kita dan keseriusan hubungan kita (weiiss.. dalem).  Tapi kemudian yang terjadi adalah, saya makin yakin kalo gak ada cowok lain yang lebih baik dari dia, lebih ngertiin saya, lebih cocok dijadiin tempat curhat, paling nyaman waktu kita bersama, termasuk gak ada keluarga yang secocok keluarga pacar saya itu dengan keluarga saya sendiri. Sampai justru akhirnya saya memutuskan untuk menikah sama dia dan kembali ke kota asal dengan mantap!

Jadi, wahai orang-orang yang putus pacaran gara-gara pacarnya beralih ke lain hati, bersyukurlah, karena artinya kelak kamu akan mendapatkan orang yang lebih cocok, lebih sayang ke kamu, dibanding mantan kamu itu. Dan mantan kamu juga sudah menemukan orang yang dia merasa lebih cocok, lebih sayang dibanding ke kamu. Tinggal masing-masing harus introspeksi diri, kenapa mantan kita bisa pindah ke lain hati. Apa ada sifat-sifat dan perilaku kita yang perlu diperbaiki? Karena kalau engga segera diperbaiki, maka nantinya kita akan ketemu masalah yang sama lagi ketika menjalin hubungan dengan orang lain. Juga buat kamu yang hatinya gampang sekali hilang rasa atau beralih ke orang lain, coba belajar lebih setia, lebih berkomitmen, karena kalau engga, akan jadi senjata makan tuan buat kamu kelak di kemudian hari.

Nah, kembali lagi ke PHO, kalo kita gak mau dicap PHO, coba untuk lebih berhati-hati waktu kita berteman dengan seseorang. Mungkin kita gak punya niat sama sekali untuk merusak hubungan orang, tapi seringkali orang lain yang men”judge” kita seperti itu, karena pada dasarnya orang senang mencari kambing hitam kalo suatu hubungan gagal, supaya mengurangi rasa bersalahnya, atau gak mau menerima kenyataan. Jadi pandai-pandailah dalam bersikap, jangan menimbulkan prasangka buruk, dan mundurlah sementara waktu kalau mulai muncul gosip tentang kamu.

Buat kamu, yang memang punya niat atau hobby merusak hubungan orang, segera bertobat deh, ingat hukum tabur tuai.  Lagian gak ada untungnya kalau kamu berhasil merebut pacar orang, karena suatu saat nanti dia juga artinya akan mudah direbut orang lain.

Akhir kata, bahasan saya tentang PHO di atas adalah semata-mata pendapat pribadi dengan pemikiran saya yang terbatas, jadi kalau ada yang gak setuju dan punya pendapat lain, silahkan kirim masukan dan pengalamannya ke email saya ([email protected]). Oya, ada satu catatan lagi yang PENTING! Bahasan di atas tidak berlaku untuk yang sudah menikah yah. Apapun alasannya, pernikahan gak boleh berakhir, entah karena sudah tidak cocok, hilang rasa, apalagi ada pihak ketiga. Jadi sebelum menikah, boleh coba uji hubungan kalian, kalo berani, coba biarkan para “PHO” masuk dalam kehidupan kalian, jangan egois dengan mengurung pacarnya dalam sangkar emas, karena kamu tidak bisa membuktikan kekuatan hubungan dan cinta kalian. Sekian.

Share this post

Share on facebook
Share on twitter
Share on pinterest

One Response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Blog

Home Sweet Home

Waktu jaman sekolah dulu, saya diajarkan kalau “rumah” dalam bahasa Inggris itu ada 2 macam, yaitu House dan Home yang punya pengertian berbeda. Kalau house

Read More »

Tips Wawancara Kerja

Q: Tan gmn sih caranya kalo ada wawancara kerja atau kegiatan biar diterima? nge-jawabnya harus kayak gimana? Coba share dong tan A : 1. Penampilan

Read More »