My Journey – The beginning

Dari sekian kali perjalanan saya, baru kali ini saya tulis jurnalnya, kenapa? Karena baru sekarang saya punya blog hahahaha…! Kalo dalam sebuah buku, maka tulisan saya yang ini bisa disebut Pendahuluan. (Suami saya comment : panjang amat yah pendahuluannya?? coba dibagi jadi part-part biar gak bosen bacanya,  lalu saya nurut…)

PART 1

Dari kecil salah satu cita-cita saya adalah keliling dunia, entah kenapa, sejak kecil, saya hobby sekali kumpulin brosur-brosur yang dibagikan oleh tour and travel biro di pameran-pameran. Biasanya brosur berupa buku, yang isinya lengkap berisi foto-foto, itinerary ,dan harga tour itu, bisa saya pelajari, seolah-olah saya memang mau berangkat ke negara-negara tujuan yang ada di sana. Dan memang dari kecil saya tau, kalo Tuhan baik sama saya, dan Dia sering sekali mengabulkan apa yang jadi kerinduan hati saya. Walaupun ekonomi keluarga saya terbilang biasa aja, tapi herannya, dengan cara yang gak pernah saya pikirkan, saya selalu dapat kesempatan untuk bisa pergi jalan-jalan ke luar negeri, walaupun cuma sendirian.‎

Bersyukur pada Tuhan krn setelah married, saya punya kesempatan utk pergi berdua dengan my lovely husband, lalu juga sama anak-anak, kadang orang tua dan saudara-saudara kami. Walau kadang kesempatan traveling sendiri tanpa keluarga, masih bisa saya nikmati di antaranya.‎

PART 2

Perjalanan kali ini kombinasinya berbeda dari biasanya. Saya pergi berempat bersama dengan suami, papa mertua dan mama mertua. ‎Biasanya ada anak-anak yang selalu ikut juga. Sebenarnya perjalanan yang ini bukan cuma sekedar traveling biasa, tapi lebih merupakan pelayanan, bakti anak kepada orang tua. Kenapa? Karena papa mama mertua udah cukup tua untuk bisa jalan2, apalagi ke tempat yang cukup jauh dan pastinya akan harus banyak jalan. Padahal kondisi tubuh dan kaki mereka sudah mulai lemah. Tapi, ini adalah wish nya papa, sebelum beliau jatuh sakit parah tahun lalu sampai masuk ICU. Dan kalo Tuhan kasih kesempatan buat hidup dan sehat lagi sekarang, saya rasa inilah saatnya buat dia bisa memenuhi salah satu keinginannya itu.

Buat saya dan suami, sebetulnya bukan jalan-jalannya itu yg penting buat papa, tapi gimana papa mama bisa ngerasa kalo kami anak-anaknya peduli akan apa yg jadi keinginannya‎, dan biar ini jadi kesempatan buat kami bisa punya waktu kebersamaan yg mungkin jarang bisa kami beri akibat kesibukan kami. Memang cukup banyak hal yg musti kami korbankan, selain pekerjaan numpuk yg musti kami tunda, juga hati yg sebenarnya berat buat ninggalin anak-anak di rumah. Biasanya salah satu dari kami pasti ada untuk anak-anak.

Tapi anak-anak udah ngerti, seperti apa yg biasa saya dan suami saya tanamkan pada mereka, bahwa selama masih ada kesempatan kita bisa bersama, maka hargai dan gunakan kesempatan itu. Karena waktu kebersamaan itu biasanya gak lama. Seperti kami orang tua dengan anak-anak, gak lama lagi kami harus bisa melepas mereka untuk pergi kuliah seandainya mereka harus kuliah jauh dari kami. Dan setelah itu anak-anak akan sibuk membangun hidup mereka sendiri-sendiri. Demikian juga halnya, anak-anak dengan opa omanya, bersyukur kalo Tuhan kasih umur panjang dan kesehatan buat mereka, tapi kita gak pernah tau kapan waktunya kita hrs berpisah dengan orang-orang yang kita kasihi.‎ Jadi anak2 masih berusaha luangkan waktu walau seringnya gadget masih jadi siangan berat opa oma.

PART 3

Mendekati hari H, merupakan saat-saat yang lumayan bikin tegang, karena papa mama sempat kurang fit , walaupun cuma kena batuk, sakit tenggorokan, atau sakit perut. Belum lagi urusan visa yang gak keluar-keluar dari kedutaan. Itu bikin saya cukup sakit kepala karena jadwal perjalanan sempat diundur, harus rebooking semua hotel, dan rescheduling jadwal perjalanan. Tapi di sini keahlian dan pengalaman saya diuji lagi, setelah sukses dengan perjalanan sebelumnya dengan anak-anak. Deg-degan juga kalo inget kali ini saya bawa 2 orang tua, semoga semua lancar.

Akhirnya, tiba waktunya saya akan mulai perjalanan bersama orang-orang yang saya cintai dan hormati. ‎Saya serahkan seluruh perjalanan ini pada Tuhan, saya yakin Tuhan akan buat semuanya berhasil dan beruntung, karena kami membawa misi dari Tuhan. Saya ingin sekali di dalam kebersamaan ini, papa mama bisa melihat secara nyata kasih Tuhan secara nyata lewat saya dan anaknya. Supaya di masa tuanya ini mereka mau membuka hati untuk percaya bahwa Tuhan itu ada dan nyata dalam hidup mereka.

Untuk itu, saya akan mencatat perjalanan kali ini, bukan untuk apa-apa, tapi jika suatu hari kelak saya membacanya lagi, maka saya mengingatnya lagi, dan terus bersyukur atas hari tersebut.

Btw, berikut adalah a sweet wish note from one of my young friend untuk mendukung perjalanan saya, meninggalkan anak-anak tercinta di rumah :

The winds will bring you out of sight out of light.
The stars will direct where your beloved are.
And if you miss them, just whisper to the winds, and they will bring those who you miss your words and sayings.
If you miss their faces, just look at the stars, they will align their face to your beloved.
Have a safe flight.

Share this post

Share on facebook
Share on twitter
Share on pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sulit Suka Sama Cowok

Q : Auntie aneh gak sih kalau saya sampe sekarang (kelas 3 SMP) belum suka sama siapa-siapa. Bisa dibilang sudah dideketin beberapa cowok, malah ada

Read More »