Tadi pagi sebelum berangkat ke kantor, tiba-tiba suami saya ngomong “Tau gak, kalo kita gak bisa melarang burung hinggap di kepala kita?” Hmmm…mau ngomong apa nih dia? Baru saya mau ngomong, dia dah ngomong lagi “Kita gak bisa larang burung hinggap di atas kepala kita, tapi kita bisa menghindari dia bersarang dan bertelur di atas kepala kita”.
“Maksudnya?” masih belum nangkep sih dia lagi mo kasih insight apa. Lanjutnya “Contoh nih ya, kalo kita liat cewek cantik, kita gak bisa menghindar untuk tiba2 tertarik, tapi kalo terus kita pikirin dia, terus berimajinasi, nah, itu artinya kita lagi biarkan burung bertelur di atas kepala kita”
Ok, saya mulai ngerti.. lalu..dia lanjut “Kalo tiba-tiba kita denger sesuatu, terus kita tiba2 jealous, itu juga kita gak bisa hindari. Tapi kalo terus kita renungin, kita bayangin, terus kita mulai berprasangka, dan negative thinking, sampe berhari-hari cemburu itu makin berkembang, artinya kita lagi membiarkan burung bertelur di atas kepala kita”..
Wow! good! tumben nih, pagi-pagi my lovely husband dah keluarin buah pikirannya, mungkin otaknya belum penat sama kerjaan-kerjaan kantor. Tapi saya rasa, sharing ini bagus juga buat dibagikan di blog ini, jadi saya mulai renungkan lebih dalam…
Nah, ternyata istilah ini bukan cuma cocok buat nasihatin anak muda yang sering bingung sama keadaan yang tiba-tiba datang menghadang, tanpa bisa dihindari, bikin hari-hari jadi galau atau dipenuhi rasa bersalah, tapi juga ibu-ibu yang kadang curiga sama suami, sama anak, sama pembantu, dll yang kalo dipikirin bisa jadi 1 season sinetron indonesia. Atau buat bapak-bapak yang tiba-tiba takut menghadapi situasi ekonomi, saingan usaha, pekerjaan kantor. Pikiran buruk yang terus dikembangkan, sebenernya seperti membiarkan burung bersarang di atas kepala.
Sore hari, sepulang kantor, saya tanya lagi perihal ini ke my honey bunny, siapa tau ada lagi tambahan wejangan dan contoh-contohnya, biar lebih jelas lagi buat saya tulis di sini. Terus dia kasih contoh “Misalnya juga piktor, alias pikiran kotor, sebagai lelaki kadang masih tiba-tiba pikiran itu lewat hilir mudik tanpa direncanakan, nah, jangan jadi merasa bersalah….TAPI!!!! ingat ada tapinya…jangan terus tanggung dilanjutin lamunannya itu sampe berkembang jadi film 4 dimensi, yang bukan cuma sekedar keliatan, kedengaran, tapi juga mulai muncul di hadapan kita, dan membuat seluruh panca indera kita ikut aktif di dalamnya…berat nih bahasan.
Jadi, artinya, kalo kita menghadapi situasi apapun yang gak enak, gak bener, bikin takut, bikin bingung, bikin galau….jangan jadi putus asa, marah, tersinggung, takut, atau bahkan terlena. Oya, termasuk juga trauma masa lalu, patah hati, mantan kekasih, itu juga adalah burung yang sering hinggap di kepala kita.
Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah, jangan biarkan pikiran kreatif yang Tuhan sudah anugerahkan ini, jadi alat buat mengembangkan cerita horor, cerita sedih, cerita roman picisan. Langkah selanjutnya, berdoalah minta supaya Tuhan menguasai hati dan pikiran kita. Itu bisa menghindarkan kita dari burung untuk bersarang di atas kepala kita.
Untuk hal-hal yang kita memang pernah bersalah di dalamnya, bisa ambil langkah minta ampun pada Tuhan, dan minta maaf pada orang yang kita bersalah kepadanya. Percayalah, langkah itu bisa membebaskan kita dari burung yang sudah keburu bersarang dan bertelur di atas kepala kita.
Apa langkah itu gampang buat kita gunakan? Tentu aja engga gampang, perlu latihan terus menerus, supaya lama-lama kita terlatih dan ahli, bukan cuma menghindari burung bersarang di atas kepala, tapi juga menghindari burung hinggap di kepala, eiitttt…ciattt! Selamat berlatih, mulai dari……sekarang.
“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”