27 Januari 2016

Waktu kecil, saya punya buku harian ( diary ), dan seperti buku diary pada umumnya waktu itu, bukunya tebal dan ada kuncinya, jadi ceritanya rahasia, gak ada yang bisa baca. Paling gawat kalo kuncinya hilang, itu terpaksa si gembok harus digunting ( bisa juga ternyata cuma digunting doang).

Kebiasaan menulis diary itu dimulai waktu saya liat papa saya setiap malam nulis di buku agenda tahunan. Kayanya asyik banget bisa nulis kaya gitu. Buku agenda papa saya yang isinya catatan harian dia itu udah ada puluhan menumpuk di meja tulisnya, artinya beliau sudah menulis puluhan tahun.

Sampai suatu hari, saya sendiri beli buku diary, dan mulailah saya menulis juga setiap malam. Kebanyakan isinya adalah curahan hati saya. Kalau lagi galau, isinya gak cuma 1 halaman, tapi bisa sampe 5 halaman. Apalagi kalau lagi marah, ballpoint nya saya tekan keras-keras sambil nulis, dan tanda serunya bisa banyak, sampe robek kertasnya. Ternyata saya bisa marah juga, tapi marahnya gak keliatan sama orang lain, cukup tertuang semua di buku harian saya. Hem, pikir-pikir itu metoda  bagus juga buat mencurahkan kesedihan dan kemarahan, daripada maki-maki orang lain.

Oya, buku harian itu saya kasih panggilan, yaitu “Dear” . Jadi kalau saya mau curhat, biasanya dimulai dengan “Halo Dear”, terus mulai deh saya cerita kejadian penting hari itu. Si Dear kayanya paling tahu kisah hidup saya, terutama siapa aja yang saya taksir, siapa yang bikin saya kesal, dll.

Ternyata menulis buku harian itu banyak gunanya, salah satunya, saya jadi bisa mengungkapkan isi hati dan pikiran saya dalam bentuk tulisan, seperti yang ada di blog saya ini. Selain itu juga ternyata bisa membantu menyalurkan emosi dengan baik, entah saya lagi sedih, marah, kecewa, jatuh cinta, happy, dll. Karena sudah tertuang dalam diary, alhasil dalam keseharian, katanya saya ini termasuk orang yang selalu tenang, gak kelihatan terlalu moody atau meledak-ledak. Ya karena itu tadi, mungkin karena sebagian sudah saya buang ke diary saya itu, jadi pikiran dan perasaan udah lebih lancar.

Meskipun saya termasuk orang yang punya banyak teman, tapi biasanya saya berperan sebagai pendengar yang baik, lebih sering dengerin orang curhat masalahnya. Saya sendiri gak terlalu banyak mau menceritakan masalah saya ke teman-teman, apalagi yang urusannya masalah keluarga. Paling-paling kalo cerita juga seputar urusan cowok2 kecengan doang heheheehe. Soalnya saya pikir, gak ada gunanya juga terlalu banyak cerita masalah pribadi ke orang lain, toh, gak banyak yang bisa kasih jawaban juga. Jadi saya memilih untuk curhat ke si Dear itu, atau berdoa ke Tuhan aja.

Oya, salah satu hal yang berguna banget juga adalah waktu saya pacaran. Saya gak perlu  mati-matian untuk menceritakan siapa diri saya sesungguhnya ke sang pacar. Cukup saya kasih pinjam diary-diary saya itu. Setelah dia baca, dia jadi jauh lebih mengerti dan mengenal saya, dia juga tau hampir semua kisah hidup saya, bahkan yang saya sendiri udah keburu lupa. Makanya sampai sekarang, dia jadi suami saya, sepertinya dia adalah orang yang paling mengerti saya. Keren kan?

Yang lucu juga, waktu anak saya mulai menjelang remaja, saya banyak cerita tentang pengalaman saya waktu sekolah dulu. Anak-anak biasa pengen tau banget gimana kita dulu waktu sekolah, kisah cinta kita, teman-teman jaman sekolah, dll. Nah, jadi suatu hari, saya keluarkan semua diary saya itu, dan ceritanya mau saya kasih pinjam buat dia baca. Tapi waktu saya lagi baca bareng-bareng dia, saya mulai rada kaget. Banyak hal yang saya sudah lupa sama sekali, dan ternyata setelah saya periksa-periksa lagi, waduh, kayanya gak jadi deh saya kasih lihat. Sepertinya dulu saya lebih bandel dari anak-anak saya. Dan ada beberapa peristiwa yang gak boleh diteladani anak saya. HUAHAHAHAHA. Jadi sementara waktu, saya tarik lagi diary saya itu, nanti aja kalo waktunya udah pas, baru saya kasih pinjam lagi.Hihihihihi..

Hem, saya sudah lupa, kapan terakhir saya menulis buku harian saya, karena seiring semakin canggihnya jaman, menulis pun berubah bentuk, dari tulisan tangan menjadi ketikan. Rasanya baru sebentar aja menulis di kertas, tangan udah pegal-pegal. Tapi untung sekarang jamannya BLOG, yang sebetulnya idenya itu mirip dengan diary, dimana orang bisa menulis apa saja dengan bebas. Bedanya, kalo diary itu sifatnya rahasia, blog itu untuk dibaca banyak orang.

Belakangan saya jadi kangen, pengen nulis diary lagi, tapi buat menulis di buku kaya dulu, udah terlalu males lah. Jadi saya berpikir untuk sekalian saja menulis diary di blog saya ini. Biar nanti saya bikin MENU tersendiri yang judulnya DIARY. Tapi yang pasti, isinya bukan lagi curhatan-curhatan gak jelas, karena tetap saya masih pegang teguh privasi kehidupan pribadi dan keluarga saya, soalnya saya bukan selebriti yang kehidupannya ingin diketahui banyak orang.

Mungkin saat ini belum banyak yang bisa saya beri buat orang lain, apalagi bagi-bagi duit, harta, barang, dll. Tapi apa yang saya terima setiap hari dari Tuhan, berupa pengalaman hidup, kebaikan, sukacita, pertolongan, pertemuan dengan orang-orang di sekitar saya, pemikiran dan hasil perenungan saya,…….HIDUP saya, itu yang mau saya bagikan buat orang lain. Semoga bisa menginspirasi, memotivasi, memberi informasi juga buat orang yang memang membutuhkan,  sehingga hidup saya bisa lebih berharga lagi.

Happiness is not so much in having as sharing. We make a living by what we get, but we make a life by what we give ( Norman MacEwan )

Being rich isn’t about how much you have but how much you can give ( unknown)

Share this post

Share on facebook
Share on twitter
Share on pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Blog

Love Story 4

Pagi itu tanggal 22 Desember  2015, saya bangun agak siang, karena memang sedang liburan sekolah. Seperti biasa saya keluar kamar, dan anak-anak semua masih tidur

Read More »
Blog

When Everything Goes Wrong

Sepertinya semua orang pernah mengalami hari dimana segala sesuatu sepertinya jadi kacau, mulai dari 1 hal, terus jadi 2 hal, lama-lama sepanjang hari semuanya kaya

Read More »