Hari ini entah kenapa tiba-tiba saya ingin membahas masa pacaran. Mungkin karena belakangan saya sering mendengar cerita tentang anak-anak muda yang pacaran, tapi ribut melulu.
Mungkin buat yang pacaran, yang namanya ribut itu serasa biasa aja, apalagi jaman sekarang, banyak terpengaruh sama drama Korea. Ribut ala drama itu keliatannya asyik. Contohnya, ribut di tengah jalan, di tengah hujan, terus ntar baikan juga sambil di tengah hujan sambil pelukan dan hujan-hujanan, romantis gitu lah. Atau adegan paling menyentuh lainnya adalah, adegan ribut hebat, yang terus ceweknya memutuskan meninggalkan cowoknya, terus cowoknya berusaha sedemikian rupa untuk meluluhkan hati ceweknya kembali, sampai suatu adegan cowoknya nangis , ceritanya saking besar cintanya ke ceweknya. Adegan cowok nangis gini nih yang bikin cewek-cewek melting dan sirik banget, membayangkan seandainya ada cowok yang bisa nangis gitu buat dia.
Nah, akibatnya expectation orang pacaran , ya seperti adegan drama kaya tadi. Makanya sedikit-sedikit ribut, terus berharap penyelesaian yang dramatis. Dan memang sih, saya perhatikan, penyelesaian seperti begitu jaman sekarang cukup nge-trend juga, makanya toko bunga jadi laku. Karena mulai banyak cowok yang minta maaf dengan membawa bunga. Rasanya jaman saya pacaran dulu, adegan cowok minta maaf pakai bunga rada jarang yah.
Akibatnya, lama-lama timbul rasa addicted gitu. Yang pacaran, kalo dah lama gak ribut, mungkin merasa agak sedikit bosan, butuh sedikit ribut supaya berakhir lebih romantis.
Sekarang saya mau bahas mengenai realita pacaran menurut pandangan saya pribadi. Menurut saya, seharusnya masa pacaran itu adalah salah satu masa yang paling indah dalam hidup, terutama masa awal pacaran.
Sekilas saya mau bahas dulu masa-masa pacaran, walaupun sebetulnya saya juga rada-rada lupa sih, tapi saya sempat baca-baca beberapa referensi dari rekan-rekan blogger lain.
1. Masa awal pacaran, katakanlah 3 bulan pertama. Biasanya rasa sayang satu sama lain seperti tidak terbendung. Keegoisan sepertinya hilang, yang ada adalah rasa selalu ingin memperhatikan dan memberi. Ikatan Emosi juga sepertinya sangat kuat, masing-masing seolah-olah bisa merasakan yang dirasakan pasangannya, seolah-olah bisa membaca apa yang sedang dipikirkan pasangannya. Waktu sepertinya gak pernah cukup untuk bisa bertemu dan bersama.
2. Masa selanjutnya setelah beberapa bulan bersama, biasanya satu sama lain sudah mulai merasa nyaman, gak usah terlalu jaga image lagi. Sudah kenal kebiasaan masing-masing, sudah punya pola rutinitas bersama juga. Cuma biasanya, keributan-keributan kecil mulai terjadi. Entah karena yang satu lupa memberi kabar kepada yang lain, atau salah satu mulai sibuk dengan urusan keluarga, sekolah/kuliah/kerja, dan teman-teman, sehingga pasangannya merasa kurang diperhatikan, sementara yang lain merasa kurang dipercaya. Tapi it’s ok lah, toleransi masih sangat besar untuk saling mengalah dan saling mengerti.
3. Setelah memasuki tahun pertama, biasanya masing-masing sudah kembali ke rutinitas atau kebiasaan lama. Mungkin mulai kembali lagi ke rutinitas yang biasa dikerjakan, entah sekolah atau kerja. Mulai punya tujuan hidup yang baru, kalau setahun kemaren tujuan hidupnya cuma melulu pacaran dan pacaran. Nah, di sini sering timbul konflik juga, kalau merasa ada ketidaksamaan dalam tujuan hidup. Jadi mulai merasa keberadaan pasangannya itu menghambat atau tidak mendukung. Mungkin konflik juga kadang timbul karena urusan keluarga yang berdampak pada hubungan pacaran. Entah mungkin ada keluarga yang kurang mendukung atau ada ketidakcocokan antara pandangan keluarga yang satu dengan keluarga pasangannya. Intinya masalah mulai komplek lah. Tapi di sini justru dituntut kedewasaan dalam menjalani hubungan. Harusnya mulai disadari kalau hubungan pacaran itu bukan hanya dunia milik berdua saja, tapi juga melibatkan orang-orang terdekat yang ada, entah keluarga atau teman-teman. Jadi gak bisa lagi berpikir hanya untuk semata-mata kesenangan berdua. Di sinilah namanya keseriusan dalam melanjutkan hubungan dibutuhkan. Selain itu perlu juga dibiasakan untuk menyelesaikan setiap masalah yang timbul bersama-sama , dan berdua saja, jangan sering-sering melibatkan orang lain.
4. Nah, kalau masa setahun, dua tahun bisa dilalui dengan baik, dalam arti setiap timbul masalah dapat diselesaikan bersama, dicari solusi untuk kepentingan bersama, dan tidak jadi masalah yang terpendam, maka untuk selanjutnya saya rasa hubungan akan menjadi semakin menuju arah yang baik untuk masuk ke tahap selanjutnya yaitu pernikahan. Tapi kalau masalah yang dihadapi makin banyak yang tidak terselesaikan, makin rumit, makin membuat kedua belah pihak merasa tidak bahagia dan depresi, maka ada baiknya dipikirkan kembali kelanjutan hubungannya. Karena ingatlah, bahwa setelah masuk dalam pernikahan, gak ada yang namanya mau mundur lagi. Jangan berpikir kalau selama pacaran ribut melulu, maka nanti setelah menikah keadaaan akan lebih damai. Apa yang terjadi selama masa pacaran, itu adalah gambaran bagaimana kalian akan menjalani pernikahan nanti, yang waktunya adalah seumur hidup, dengan berbagai potensi masalah yang lebih luas lagi. Ini bukan nakut-nakutin yah, hanya mempersiapkan mental saja. Tentu saja, gak selalu pernikahan itu lebih buruk dari masa pacaran, kembali lagi itu tergantung bagaimana kalian bisa berkolaborasi sebagai pasangan, yang sudah tercermin selama masa pacaran itu.
Nah, sekarang saya mau bahas lebih spesifik untuk anak-anak muda yang pacaran di masa sekolah. Untuk itu, saya sempat tanya ke teman-teman saya, apa pendapat mereka tentang “sering ribut waktu pacaran”, dan inilah di antaranya jawaban mereka :
“Putus aja, ngalilieur (bikin pusing), sekolah aja dulu” – Auntie Nat
“Ya mending putus lah, ribut melulu itu indikasi gak ada kecocokan atau kurang toleransi…ihhh cape dehhhh” – Auntie Juli
“Kayaknya mana ada ribut sih pacaran masa sekolah mah? Belum ada urusan duit dan anak mah indehoy ( enjoy) aja terus kok” – Auntie Aphrodite
“Ribut mah biasalah, justru ribut kan untuk tau gimana sih pemikiran pasangan” – Uncle Yano
“Ribut kan proses saling memahami satu dengan yang lain, kalau dirasa worthed ya dilanjut, kalau engga ya putus aja, gitu aja kok ribet” – Uncle Dody
Nah, itulah pendapat teman-teman saya yang dulu pengalaman pacaran waktu masa sekolah hahahahaha.
Intinya sih, ribut itu adalah hal yang wajar ketika pacaran, tapi tentu ada batas kewajarannya. Kalau mau dilihat dari grafik masa pacaran, maka seharusnya ribut itu tidak terlalu sering di awal masa pacaran, lalu kemudian ada peningkatan grafik keributan dalam rangka menyatukan dua pribadi yang berbeda pemikiran, latar belakang, dll. Lalu yang wajar adalah grafik ini mulai menurun lagi dan kemudian menjadi stabil di titik tertentu sebelum masuk ke jenjang selanjutnya. Arti stabil di sini dalam arti stabil damai yah, bukan stabil ribut hehehehe.
Jadi buat kalian yang grafik keributannya bukan seperti di atas, misalnya naik turun, naik turun, naik turun sampai bertahun-tahun coba di cek lagi “kesehatan” hubungan kalian. Apalagi yang makin hari makin naik, naik, naik, sampai bukan berupa garis lagi, tapi benang kusut gak karuan. Wah, itu sih pertanda SOS ya.
Nah, sekarang saran saya sebagai orang tua. Buat kalian anak muda yang memutuskan untuk pacaran, apalagi di masa sekolah ( SMP/SMA), coba di cek, apakah dengan kalian pacaran itu membuat kalian berdua a better person. Salah satu teman saya bilang, dulu waktu beliau pacaran di masa sekolah “Pacaran tuh menambah semangat sekolah. Sebelum pacaran gua mah gak pernah sekolah bener”. Weissssss, pasti banyak anak muda yang langsung setuju hahahaha. Kalau memang bisa seperti itu, pasti nya bagus dong. Apalagi kalo dengan pacaran bisa jadi lebih sabar, prestasi sekolah meningkat, punya banyak tambahan teman baru karena kenalan dengan teman-teman sang pacar, lebih punya tujuan hidup, itu adalah hal-hal positif yang bisa terjadi di masa pacaran.
Tapi kalau pacaran itu membuat kalian jadi semakin ansos dengan teman-teman, waktu dengan keluarga jadi berkurang (karena biasanya orang yang pacaran merasa waktu dengan teman-teman dan keluarga itu jadi gak menarik lagi, lebih asyik pacaran), terus prestasi sekolah juga jadi menurun karena terlalu sering chat atau ketemuan yang gak jelas, atau yang paling parah adalah mood jadi naik turun karena sering ribut. Nah, itu coba kalian pikir ulang lagi untuk pacaran di masa sekolah. Apalagi kalau sampai dengan pacaran ini, kalian jadi tukang ribut, baik ribut sama pacar, sama temen, sama ortu… wah.. itu benar-benar deh lebih baik kalian udahan dulu aja pacarannya. Apa itu pertanda kalau kalian gak cocok satu dengan yang lain? Bisa jadi sih, tapi sebenarnya mungkin itu salah satu pertanda kalau sebenarnya kalian belum siap untuk pacaran, karena sesungguhnya pacaran yang sehat itu membutuhkan kedewasaan. Di usia masa sekolah, biasanya tingkat kedewasaaan pada umumnya belum cukup untuk menjalani yang namanya pacaran yang benar. Sebenarnya mungkin kalau pacaran kalian ditunda beberapa tahun ke depan, hubungan kalian gak akan seburuk sekarang ini.
Semoga sharing dari saya ini bisa jadi bahan pemikiran buat anak muda yang sedang berniat untuk pacaran di masa sekolah, atau bagi yang sudah menjalani untuk mengecek lagi hubungan kalian. Saya berharap, masa pacaran itu akan jadi masa-masa yang indah, jadi salah satu moment tak terlupakan dalam hidup, yang nantinya membawa kepada pernikahan yang bahagia….. And they lived happily ever after…God bless you all.