Celebrating Moments – 27 Juli 2016 (Diary)

Bulan Juli adalah bulan yang penuh dengan hari istimewa buat keluarga saya. Dimulai dengan “Our 17th Wedding Anniversary” pada tgl 17. Pada hari yang sama dan keesokkan harinya dua ipar saya terkasih berulang tahun. Kemudian tgl 20 mama tercinta juga berulang tahun. Yang terakhir adalah tgl 23 yaitu ulang tahun anak bungsu saya tersayang.

Saya termasuk orang yang “jarang” ngepost foto di Instagram atau Facebook. Biasanya yg saya post itu adalah moment-moment istimewa, foto-foto yang saya anggap lumayan bagus, atau foto dengan orang-orang yang spesial buat saya. Jadi bulan ini cukup sering saya ngepost foto, termasuk foto bersama suami saya tercinta di hari ulang tahun pernikahan kami. Kebetulan ada foto yang saya suka yang diambil oleh anak saya ketika berlibur minggu sebelumnya. Sebetulnya yang paling membuat saya excited sekaligus bersyukur adalah ketika melihat banyaknya respon yang diberikan oleh teman-teman sekalian. Entah itu berupa likes ataupun comments yang berisi ucapan selamat dan doa. Rasanya senang mengetahui banyak orang yang peduli, ingat, memperhatikan kami, walaupun saya bukan selebriti haha.

Nah, yang mau saya cerita di blog kali ini sebetulnya adalah tiba-tiba saja akhir-akhir ini saya menyadari sesuatu.

Beberapa waktu belakangan ini suami saya sedang “ngidam” untuk beli kamera. Kali ini kamera yang dia pengen itu menurut saya gak murah. Malah mahal banget sih, secara saya pikir dia bukan seorang fotografer. Mau ngapain juga beli-beli kamera, sedangkan sekarang ini di rumah rasanya udah cukup banyak perlengkapan foto memfoto, film memfilm. Mulai dari kamera poket, SLR, video camera, sebetulnya sudah cukup lah.

Tadinya saya pikir, karena dia lagi rajin merekam saya dalam rangka membuat Vlog Ask Auntie Ann, maka dia mau beli lagi perlengkapan yang lebih bagus. Saya masih terus berpikir, gak usahlah punya barang-barang kaya gitu, nanti akhirnya gak kepake juga.

Karena lagi semangat sama foto, suami saya mulai merapihkan file-file foto di komputer. Ternyata  saya melihat  begitu banyaknya  foto-foto yang dimiliki keluarga kami. Sebagian besar (malah hampir semuanya) adalah hasil jepretan dari suami saya. Yang lucu, walaupun begitu banyak foto, tapi ternyata susah mencari foto yang “bagus”. Soalnya kan ekspektasi kita biasanya tuh foto bagus dengan standar foto studio atau ala foto shoot dan semacamnya. Tapi suami saya ini ternyata senang menjepret dalam segala situasi, dan gak pake persiapan atau teknik tertentu. Pokoknya lagi pergi kemana pun, dalam keadaan apapun, kalo dia lagi pengen memfoto, pasti langsung dia jepret dengan kamera apapun yang ada. Paling sering ya pake kamera hp. Kadang hasilnya amburadul gak karuan, termasuk muka orang yang dia fotonya. Sambil beberes dia juga kirim beberapa foto ke line grup keluarga.

Alhasil saya kaget juga, lihat foto anak-anak waktu kecil-kecil, aduh mereka lucu sekaliiiii!! Anak-anak juga excited lihat tampang mereka waktu dulu. Ada juga beberapa video mereka waktu baby, waktu berusaha duduk, waktu lagi main dll. Amazing melihat perubahan mereka dari tahun ke tahun.

Juga ada foto keluarga besar beberapa tahun lalu. Saya baru ingat lagi kalo setiap natalan kami selalu foto di rumah dengan keluarga besar. Saya bisa lihat perubahan dari tahun ke tahun kondisi papa mama saya, adik-adik saya. Dan bertambahnya anggota keluarga setiap tahun.

Oya, ada juga foto sekumpulan anak-anak dari keluarga teman-teman dekat kami, dimana anak-anak itu sekarang rata-rata suah remaja. Saya kirim ke grup teman-teman, dan memang, rasanya luar biasa melihat perubahan anak-anak itu.

Tapi yang terpenting adalah saya jadi diingatkan lagi akan setiap moment yang terjadi saat foto-foto itu diambil. Setiap tempat yang pernah kami datangi. Yang aneh, banyak moment dan tempat yang saya lupa, padahal baru berlalu hanya beberapa tahun saja. Untungnya memory tersebut gak hilang sia-sia karena terekam di foto dan video.

Tiba-tiba saya menyadari, betapa manusia itu mudah lupa. Betapa manusia dan keadaan juga cepat sekali berubah dari waktu ke waktu. Dan yang paling penting adalah kita tidak bisa kembali dan mengulang moment yang sudah berlalu. Seharusnyalah kita menghargai setiap moment dalam hidup kita.

Saya juga tiba-tiba ingat, suami saya bertahun-tahun yang lalu pernah bercerita, kalau dia terinpirasi dengan sebuah film Hollywood, yang bercerita tentang seorang wedding photographer. Ada adegan dimana sang fotografer “dihina” oleh keluarga pacarnya karena dianggap pekerjaannya kurang bergengsi, tapi dia berkata bahwa dia mencintai pekerjaannya, karena dia bisa menangkap moment yang indah dari kehidupan orang lain yang dia foto.

Sekarang saya jadi mengerti bahwa suami saya menghargai setiap moment dalam hidupnya dengan cara mengabadikannya dalam bentuk foto dan video. Walaupun kualitasnya mungkin biasa saja, tapi kuantitasnya banyak, dan itu saja rasanya masih belum cukup juga untuk mengembalikan semua memory saya tentang setiap moment yang sudah kami lalui.

Dulu, saya sering merasa terganggu kalo suami saya tiba-tiba menjepret saya dalam keadaan “tidak layak” karena belum dandan, lagi bengong, lagi makan, lagi ngakak, lagi apapun lah. Tapi sekarang saya jadi mengerti kalo itu juga sebagai tanda cintanya buat saya, karena dia gak mau melewati setiap moment dari hidup saya begitu saja. Termasuk juga tindakannya kepada anak-anak dan keluarga. Dia juga yang mengajarkan anak-anak sedari kecil untuk terbiasa pegang kamera dan video, sehingga anak-anak saya juga sudah cukup mahir menggunakan peralatan itu.

Oya, saya juga jadi baru sadar, bahwa sekarang suami saya berkesempatan melayani Tuhan di bidang multimedia termasuk mendokumentasi kegiatan dalam bentuk video dan foto-foto, pasti itu bukan kebetulan. Dan saya bersyukur kalau apa yang dia lakukan ini bisa dipakai juga untuk Tuhan. Saya percaya Tuhan yang akan terus tambah-tambahkan talentanya.

Akhir kata, bersyukurlah suami saya karena sekarang akhirnya istrinya jadi mengerti kenapa dia mau beli-beli peralatan yang “mahal-mahal” itu. Doa saya, semoga selain Tuhan tambahkan talentanya, Tuhan juga memberkati kami dengan dana khusus buat beli-beli barang-barang tersebut. Hahhaha….

Share this post

Share on facebook
Share on twitter
Share on pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Stres karena society

Q : Auntie aku suka stress sendiri karna society.‎ A : Maksudnya society = masyarakat / lingkungan kan ya? Nah, biasanya kita stres kalo kita

Read More »