Judging – Sebuah Renungan Akhir Tahun 2019

Setiap orang pasti menolak kalau dibilang “Tukang Menghakimi”. Setiap orang tahu kalau menghakimi itu gak baik dan merasa dirinya gak suka menghakimi siapa-siapa. Tapi nanti dulu..
Sebagai seorang suami, pernahkan kita merasa istri kita kurang becus mengatur rumah, kurang bijak mendidik anak, terlalu banyak ngomong, terlalu sering pergi, dan kurang niat melayani suami, lalu suami mulai kurang menyayangi istri, dan kemudian menuntut dia berubah demi kebaikannya..
Sebagai seorang istri, pernahkah kita merasa suami kita gak sehebat si anu, gak seperhatian suami si anu, gak jadi teladan yang baik buat anak-anak, lalu istri mulai kurang menghargai suami dan mulai menuntut untuk dia berubah, demi kebaikannya…
Sebagai orang tua, pernahkah kita merasa anak-anak kita gak sesopan anak si anu, gak se-kreatif sepupunya, gak serajin anak keluarga itu yang kurang mampu, gak punya teman sebanyak papa mama, lalu kita mulai menasihati, membujuk, mengarahkan, menyuruh, menuntut, memaksa, mengancam, dan apapun bentuk usaha keras orang tua demi kebaikan sang anak, supaya dia berubah demi kebaikannya…
Sadarilah bahwa ketika kita menilai seseorang dengan ukuran dan standar kita, lalu kita berambisi untuk mengubah hidup orang tsb, tetapi kita lupa untuk mengubah hidup kita sendiri, maka kita sedang MENGHAKIMI.
Tentunya kita punya motif yang baik dibalik semuanya itu, yaitu agar anggota keluarga kita menjadi lebih baik dan demi kebaikan mereka masing-masing. Tapi percayalah, perubahan tidak akan berlangsung lama ketika dimulai dengan cara MENGHAKIMI dan MENUNTUT.
Dari pengalaman dan hasil perenungan, saya belajar bahwa yang dapat mengubah seseorang adalah kasih karunia Tuhan dan kemauan dari orang itu sendiri. Kita tidak bisa membuat seseorang berubah dengan cara menghakimi dan menuntut. Yang dapat kita lakukan untuk membantu seseorang berubah adalah dengan MENERIMA dan MENGASIHI orang tsb terlebih dahulu apa adanya.
Hal inilah yang akan menjadi kekuatan dan motivasi untuk mereka mau berubah dan tekun menjalani perubahannya.
Saya mengatakan ini bukan berarti saya sudah berhasil, tapi untuk mengingatkan diri saya sendiri, betapa di akhir tahun ini, saya harus lebih banyak mengingat segala kelebihan dan kebaikan yang dimiliki oleh pasangan, anak-anak, dan orang-orang yang saya kasihi di hidup saya, daripada saya menghitung semua hal yang harus diubah dari hidup mereka.
Dengan begitu, saya bisa bersyukur atas semua berkat yang Tuhan sudah berikan kepada saya, melalui hidup orang-orang yang saya kasihi ini.
Dan menjelang awal tahun yang baru, inilah saatnya untuk saya juga mulai fokus mengubah diri saya sendiri terlebih dahulu agar menjadi pribadi yang lebih baik bagi keluarga saya dan tentunya berkenan di mata Tuhan.
Selamat memandang keluargamu dengan kacamata yang baru, dan selamat mengalami perubahan dengan kasih karunia dari Tuhan.
“You are not responsible for the
changes in other person, God is”

Share this post

Share on facebook
Share on twitter
Share on pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baper Sama Mantan

Q : Auntie, mohon pencerahannya. Aku udah mantanan hampir 2 th lebih. Waktu itu aku bisa dibilang berhasil buat move on. Tapi dia masih suka

Read More »
Blog

Tante kenapa bikin ask.fm?

Hem… awalnya karena suka gemes kalo lihat jawaban para teenagers, rasanya suka pengen ikutan comment sebagai orang dewasa. Kan jalan pikiran orang dewasa suka beda

Read More »